Be Passionate and a Dreamer!

When you attach passion to your dream, you get your self closer to achieving it (Bob “Tough Love” Kennedy)

Setiap orang pasti memiliki mimpi dan harapan dalam hidupnya. Namun terkadang banyak dari mereka yang kurang percaya diri dan berhenti di tengah perjalanan menuju mimpi mereka. Tulisan ini terinspirasi dari hasil diskusi dengan salah satu kakak senior perempuan beberapa hari lalu. Kami memang sering berdiskusi mengenai banyak hal, termasuk tentang berbagai pengalaman dan rutinitas. Beberapa waktu lalu Beliau membutuhkan masukan dan saran psikologis dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. Di luar itu, dari pembicaraan yang kami lakukan selama lebih dari dua jam tersebut, kami juga membahas mengenai passion dan dream. Saya mencoba membahas kedua term tersebut dengan tambahan literatur yang saya dapatkan.

Berdasarkan journal yang ditulis Vallerand R.J (2016), passion is defined as a strong inclination for a self-defining activity that we love, value, and spend a considerable amount of time on. Dalam definisi ini, dapat dimengerti bahwa passion adalah suatu kecenderungan yang kuat bagi diri kita sendiri untuk melakukan suatu aktivitas yang kita sukai dan memiliki value bagi kita. Adanya passion ini menyebabkan kita bisa mengerjakan suatu aktivitas yang membutuhkan banyak waktu dan bahkan tanpa mengenal waktu. Bagi saya, salah satu passion saya adalah menulis dan melakukan penelitian. Hehe. Saya bisa menghabiskan waktu yang lama atau bahkan berhari-hari untuk menulis satu jurnal atau membuat proposal penelitian.

Sementara itu, secara teoritis dari jurnal Vallerand R.J (2016), ada dua tipe passion, yaitu obsessive passion dan harmonious passion. Menurut jurnal tersebut, obsessive passion adalah suatu passion yang tidak bisa dikendalikan diri kita. Jadi kita melakukan suatu aktivitas yang kita suka tanpa ada kendali dari diri kita sendiri untuk mengatur dan mengelola passion tersebut. Sedangkan, harmonious passion menekankan pada bagaimana seseorang mampu mengatur dan mengelola passion.

Menurut saya, poin penting dari melakukan passion adalah adanya kendali dari diri kita sendiri. Tidak hanya melakukan satu aktivitas yang disuka tanpa batas tapi ada pengelolaan dari diri kita untuk melakukan sesuatu yang kita suka dan bermakna apalagi yang bermanfaat untuk orang-orang di sekitar kita hehe. Dari sini, kalian memiliki kendali terhadap apa yang akan dan ingin kalian lakukan.

Jika flashback ke belakang, awal saya mulai memiliki passion dalam penelitian ini adalah ketika saya mengikuti sebuah penelitian dimana saya menjadi salah satu peneliti lapangan pada saat kuliah di awal-awal tahun. Pada saat itu, ada salah satu dosen yang menggambarkan mengenai kerangka teoritis dan metode penelitian tersebut. Pada saat itu juga, saya mengatakan pada diri saya sendiri, suatu saat nanti saya ingin menjadi dosen tersebut, yang menggambarkan dan menjelaskan penelitian saya kepada orang lain atau me-lead dan mengatur suatu penelitian besar. Hingga kemudian saya banyak melakukan kegiatan yang terkait dengan penelitian. Hehe. Dari passion inilah kemudian kita mulai memikirkan tentang mimpi atau apa yang ingin kita lakukan ke depan..

Jika diingat ke belakang, ketika ditanya, kalian ingin menjadi apa, pasti kita juga ingat bahwa jawaban dari masa kecil kita pasti berbeda-beda. Saya sewaktu kecil ingin menjadi astronot karena saya ingin melihat kehidupan di luar angkasa yang tidak bisa saya lihat hanya dengan indera saya pada saat itu. Seiring waktu, saya ingin menjadi guru, dan bla bla masih banyak lagi.

Pada awalnya, saya masih ragu dengan apa yang ingin saya lakukan ke depan. Tetapi pengalaman dan perenungan saya beberapa waktu ke belakang, seolah meyakinkan saya untuk menjadi seorang psikolog sekaligus peneliti di bidang psikologi untuk ke depan nanti. Tentu saja, saya baru yakin justru setelah saya melewati banyak hal dalam hidup saya sampai saat ini, dan menurut saya, tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai sesuatu dan mengejar mimpi kita tersebut. Saya juga memiliki mimpi untuk membuka usaha sendiri dan menjadi isteri dan ibu yang baik untuk suami dan anak-anak saya kelak. Sampai saat ini saya masih berusaha memantapkan dan me-replan apa yang ingin saya lakukan ke depan..

You are never too old to set another goal or to dream a new dream (C.S Lewis)

Sementara for the insight at this moment, buat kalian yang juga sedang berpikir dan memantapkan passion dan mimpi kalian, menurut saya, mulai dari sekarang kalian membuat daftar apa saja yang kalian suka lakukan dan apa yang kalian ingin lakukan. Jangan pernah takut untuk menuliskan mimpi kalian yang mungkin kalian rasa sulit untuk kalian raih. Karena Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika ia tidak mengubahnya sendiri. Tunjukkan dengan kerja keras dan kegigihan yang tinggi dan lihat hasilnya. Jika kalian sudah berusaha maksimal dan masih belum berhasil maka percayalah di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Allah sedang menyiapkan skenario terbaik untuk kalian. Tetap berpikir positif dan berprasangka baik. Good luck, be passionate and believe in your dreams and also believe in your self!

“Make goals, dream big, live with passion” (Tony Newton)

Mengapa Menulis (Lagi)?

31 July 2017

Pada suatu hari saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah saya sudah cukup bermanfaat untuk orang lain. Saya mencoba untuk merunut banyak hal yang sudah terjadi beberapa tahun ke belakang ini. Sepanjang waktu ini, beberapa hal sudah saya achieve dan beberapa hal masih belum sesuai target. Saya sama sekali tidak pernah merasa menyesal, karena saya yakin setiap apa yang terjadi adalah jalan terbaik yang disiapkan Allah, tinggal bagaimana kita memaknai dan menjalaninya dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.

Saya memiliki hobi membaca, terutama buku-buku pengembangan diri atau buku-buku motivasi, mulai dari problem solving, focus, leadership, time management, etc. Jika dibandingkan dengan buku fiksi, menurut saya genre ini cukup rasional dan applicable, meskipun cukup abtrak dengan paparan yang kaya dengan teori dan konsep. Saya merasa buku-buku ini sangat bermanfaat dan membantu menyelesaikan berbagai masalah yang sedang saya hadapi, termasuk dalam proses pendewasaan dan cara berpikir. Meskipun saya lebih suka buku non-fiksi, saya juga menyukai beberapa buku fiksi (tapi tidak semua), seperti buku-buku dari Tere Liye, Andrea Hirata, etc. Kata orang, buku adalah jendela dunia, dan saya harus bilang, saya setuju. Buku membuka pengetahuan dan meningkatkan wawasan dan cara berpikir kita. Sekalipun ayat Al-qur’an pertama yang turun adalah Iqro’ (artinya: bacalah). Inilah kenapa membaca itu penting dan harus dibudayakan.

Books are the quietest and most constant of friends; they are the most accessible and wisest of counselors, and the most patient of teachers.” (Charles William Eliot)

Selain membaca, saya juga suka menulis. Lebih tepatnya menulis esai atau makalah yang sifatnya sangat formal. Saya memang ada ketertarikan dengan menulis sejak SD dimana saya mulai membuat cerpen-cerpen, tapi hanya untuk dibaca sendiri. Saya terlalu malu untuk memberikan apa yang saya tulis ke orang lain di sekitar, karena saya merasa bahwa apa yang saya tulis mungkin tidak cukup bagus jika mereka baca. Hehe. Namun seiring berjalan waktu, saya sering menulis esai dan makalah, baik untuk menyelesaikan tugas ketika kuliah atau ikut lomba-lomba menulis.

Dalam pekerjaan saya, saat ini sebagai Quality Control setiap hari saya harus membaca minimal 10 short report. Sebelumnya sebagai researcher dan analyst, saya juga harus menulis laporan yang sangat formal. Hal inilah yang membuat saya menikmati apa yang saya kerjakan, I enjoy read it. Meskipun demikian, saya berpikir bahwa saya terlalu sering membaca tulisan formal dan menulis also in formal ways.

I think I should try new way to write more fun and useful for another person. Dan saya menemukan bahwa menjadi blogger bisa menjadi salah satu cara saya untuk bisa lebih produktif dan bermanfaat. Minimal untuk diri sendiri, saya bisa melakukan, seperti istilah psikologi disebut sebagai katarsis. Well, write anything that pop up in your mind is one of the best choice to improve your self actualization. And Yes, I do it!

Setelah saya membaca buku “Listful Thinking” karya Paulo Rizzo, saya jadi suka membuat daftar. Saya mencoba membuat daftar apa saja yang bisa saya buat untuk dijadikan tulisan, mulai dari review buku yang saya baca, rencana hidup saya, pengalaman baru atau traveling yang saya lakukan, tips-tips, etc. Tips-tips ini misalnya adalah tips menurunkan berat atau pola hidup sehat. Sampai saat ini saya sudah menurunkan sampai 5 kg, dan masih terus akan diturunkan sampai ke my ideal weight. InsyaAllah nanti akan dishare di tulisan yang lain setelah target achieved.

Saya mulai berpikir sejak akhir bulan ini, saya akan mencoba untuk menulis minimal satu minggu satu tulisan, bahkan jika lebih its doesn’t matter at all. Tentu saja, saya harap tulisan ini bisa memberi manfaat untuk yang membacanya, bukan hanya untuk saya pribadi hehe

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Noer)

Perjalanan Penelitian SMERU di Jawa Timur

Setelah lulus kuliah beberapa waktu lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk bekerja sebagai salah satu peneliti lapangan untuk salah satu penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian SMERU kerjasama dengan TNP2K (Tim Nasional Penanggulangan Percepatan Kemiskinan) dan Kementerian Sosial mengenai evaluasi PKH di daerah Jawa Timur.

Sebelum menjalani penelitian kami terlebih dahulu melakukan training di IPB International Convention Center (dekat dengan Botani Square). Dalam penelitian tersebut, kami mendapatkan pendalaman materi mengenai PKH yang merupakan salah satu program dari Kementerian Sosial. Selain mendapatkan pendalaman materi, tentu saja saya menemukan banyak teman dan kenalan baru. Alhamdulillah, senang bisa mengikuti kegiatan ini karena banyak hal dan pelajaran yang bisa didapatkan. Hehe..

ipb

In my opinion, dalam penelitian, salah satu bagian yang penting adalah gathering information. Hal ini karena hasil penelitian akan ditentukan oleh data atau informasi yang didapatkan. Semakin akurat dan kaya data atau informasi yang didapatkan maka hasil penelitian tersebut akan menjadi semakin bagus juga. Lalu, bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut menjadi hal yang penting untuk mendapatkan data atau informasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, alat ukur berupa kuesioner yang digunakan juga harus tepat sehingga mampu mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan. Hal-hal tersebut yang saya dapatkan selama penelitian ini berjalan selama kurang lebih 3 bulan.

Perjalanan ini dimulai pada sekitar akhir Februari sampai Maret 2015, selama dua minggu tim saya (ada Mbak Utari salah satu peneliti dari SMERU dan Mbak Ari yang merupakan salah satu dosen di Universitas Brawijaya) kami bekerja untuk melakukan pengambilan data di Jawa Timur, tepatnya di daerah Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan Bondowoso. Perjalanan kami sangat mobile sekali dimana selama perjalanan kami diantar oleh salah satu sopir (mungkin lebih tepat kami menyebutnya rekan kerja, yang kemudian menjadi partner kami di lapangan). Selama perjalanan, kami merasa semakin dekat dan selama perjalanan banyak hal-hal yang terjadi dan menjadikan kami semakin dekat.

Selama perjalanan, kami banyak mengunjungi tempat-tempat baru dan tentu makanan-makanan khas di Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto dan Bondowoso. Selama melakukan perjalanan, kami tidak menemukan perbedaan budaya, karena kami satu tim memang orang Jawa Timur. Mbak utari berasal dari Surabaya, Mbak Ari dari Malang dan saya dari Kediri. Tapi memang ketika di Bondowoso, karena sebagian besar yang kami interview adalah orang Madura sehingga kami perlu penerjemah yang juga merupakan pendamping PKH di lokasi tersebut. Kami hampir tidak mengetahui apa yang mereka sampaikan saat interview jika tidak diterjemahkan oleh pendamping PKH tersebut.

Selain itu, karena perjalanan ini juga, kami memiliki track favorit kami ketika di mobil, yaitu lagu-lagu TULUS. Oleh karenanya, ketika tiba-tiba mendengar lagu di jalan atau di satu tempat, I will remember them. Sebagai tambahan, beberapa track dari TULUS, seperti lagu Gajah, liriknya sangat positif. That’s why the song is unforgetable..


Picture2

Selama penelitian tentu tidak semua berjalan dengan baik, karena kendala di lapangan pasti selalu ada. Dari masyarakat yang tidak kooperatif sampai kami tidak menemukan responden kami karena Beliau sedang bekerja atau tidak di tempat. Untungnya, semua dapat kami lalui dan penelitian berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan. Terimakasih yaa Rabb. Selain itu, stakeholder terkait pun juga mendukung dan sangat kooperatif kepada kami.

1501347104541

Selain itu, saya juga bersyukur karena bertemu orang-orang baru, lebih tepatnya saya menyebutnya keluarga baru. Meskipun belum sempat berkunjung kesana dalam beberapa waktu lalu setelah penelitian, namun saya berharap mereka selalu diberikan keberkahan dan kemudahan dalam aktivitas sehari-harinya. Amiin.

Picture3

Singkatnya, penelitian ini bertujuan unuk mendapatkan gambaran mengenai evaluasi dan dampak program PKH di daerah di Jawa Timur. Secara umum, menurut saya, dari pengambilan data yang dilakukan program PKH memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama menengah ke bawah. Namun dalam prakteknya memang banyak yang perlu diperbaiki, mulai dari assessment untuk penerima PKH dan penggunaan dana PKH tersebut. Dana dari Pemerintah tersebut awalnya ditujukan untuk keperluan pendidikan anak. Namun beberapa menggunakannya untuk keperluan sehari-hari. Nah, ini yang kemudian jadi pertanyaan, apakah sebenarnya program ini benar-benar tepat diberikan atau belum.

Kalau dari kacamata saya, pemberian bantuan melalui pemberian bantuan modal usaha juga harusnya mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dengan memberdayakan masyarakat secara ekonomi memberi dampak pada kemapanan ekonomi masyarakat, as we know dalam pembangunan masyarakat basic need (sandang, pangan, papan) harus diutamakan. Terkait hal ini, pemerintah memiliki program khusus untuk pemberian modal usaha bagi masyarakat, melalui program KUBE yang juga program dari Kemensos. Namun dari pengalaman menjadi entry data di Lembaga Demografi FE UI yang pada saat itu penelitiannya juga membahas mengenai KUBE maka program tersebut masih harus disempurnakan dan diperbaiki dalam prakteknya.

Menurut saya, perbaikan dari sisi mental juga harusnya menjadi poin perhatian dalam pembangunan masyarakat, terutama dari sisi sumber daya manusia, ini malah bahas mental, padahal topiknya PKH hehe, maklum mahasiswa psikologi. Back to the topic, adanya mental positif menyebabkan kita lebih bijak dalam menghadapi masalah yang sedang kita hadapi atau mengenai masa depan yang akan kita pilih. Menjadikan mental masyarakat untuk lebih positif dan mau berkembang bukan hal yang mudah, karena sebagian besar masyarakat terutama di daerah relative nyaman dengan comfort zone-nya, sehingga akan sulit untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu, pemerataan pendidikan menjadi poin yang penting dalam menciptakan mental positif dan menjadikan masyarakat yang lebih maju dan berkembang.

Sekarang setelah bekerja di tempat saat ini yang seluruhnya di ruangan, tetiba kangen ketika melakukan penelitian lapangan. Mungkin karena saya jiwanya memang suka jalan-jalan dan mengunjungi tempat-tempat baru. Oleh karenanya saya dan sahabat saya sedang merencanakan untuk melakukan travelling bersama, insyaAllah akan dishare lagi ceritanya di-blog nanti. Semoga menjadi pengalaman yang menyenangkan nanti hehe.

Research Camp 2012 : Cerdas Mengabdi !

By: Luluk Nuriyah

18 August 2012

Aku tertidur dan bermimpi bahwa hidup itu adalah kesenangan. Aku terbangun dan melihat bahwa hidup ini adalah pengabdian. Aku bertindak, dan lihatlah, pengabdian memang menyenangkan (Rabindranath Tagore)

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di bumi jejama, Lampung, berjuta asa telah bercampur dalam antusias yang tinggi untuk bermanfaat dan mengabdi sebaik mungkin. Selain itu, kekhawatiran juga muncul mengingat daerah ini adalah daerah yang pertama kali didatangi dan belum banyak mengetahui kondisi lapangannya. Sudah tiga minggu berlalu sejak survey pertama, saya dan beberapa tim advance menghabiskan waktu di Lampung, bertemu dengan berbagai orang yang beragam dan mengalami berbagai macam peristiwa yang bermakna. Seakan berpihak kepada kami, secara beruntun kami mendapatkan berbagai kemudahan dan bertemu dengan berbagai orang yang baik yang membantu terlaksananya Research camp 2012 ini, namun berbagai masalah juga muncul dan memberikan pelajaran berharga dalam pengambilan keputusan yang kami lakukan. Terimakasih kerjasamanya untuk Feisal, Desti, dan Sasa, sebagai tim advance, salut untuk etos kerja dan dedikasi yang tinggi yang telah kalian berikan, saya belajar banyak hal dari kalian. Terimakasih atas keramahan dan kerjasama dari pihak yang sempat kami repotkan di kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus Lampung, terimakasih untuk reformasi birokrasi yang cepat dan mudah. Terimakasih atas keramahan dan antusias yang tinggi dari ketiga kepala pekon yang kami kunjungi. Terimakasih kepada keluarga Pak Amir Hasan yang bersedia memberikan tempat tinggal dan membantu menghubungkan kepada ketiga kepala pekon yang akan kami kunjungi, dan terimakasih kepada seluruh warga tiga pekon yang sudah menyambut kami dengan sangat ramah. Banyak pengalaman berharga yang sudah saya dan rekan-rekan yang lain dapatkan. Tak lupa, kepada seluruh panitia Research Camp dan rekan-rekan KSM EP UI yang sudah membantu terlaksananya kegiatan ini, saya mengucapkan terimakasih banyak.

Suatu bentuk pengabdian masyarakat yang berusaha memberdayakan masyarakat tidak akan lengkap tanpa partisipasi dan antusiasme dari masyarakat itu sendiri, mahasiswa hanya sebagai agent of change, tugasnya adalah menggerakkan, sedangkan perubahan yang hakiki itu akan lahir dari motivasi internal masyarakat yang didukung oleh pemerintah dan pihak terkait lainnya. Lampung dalam benak saya kini berbeda dengan apa yang saya pikirkan ketika pertama kali datang. Di suatu tempat di Lampung, di pekon Sinar Bangun, Gunung Doh dan Banding, yang katanya tempat gembong kriminal dan kejahatan, di sana tinggal pula banyak warga yang sangat ramah, bersahaja dan religius. Banyak warga yang masih rendah hati dan ringan tangan. Betapa ironisnya, sumber daya alam yang begitu kaya, ditambah dengan sumber daya manusia yang baik, namun dua-duanya belum diberdayakan dengan optimal. Salah satu jembatan yang memisahkan keduanya tidak diperdayakan dengan maksimal adalah karena pengetahuan. Setali tiga uang dengan yang disampaikan oleh pak Sarman dalam pengajian yang diadakan di pekon Sinar Bangun, tak kenal maka tak sayang, bagaimana kita bisa melakukan sesuatu yang tidak kita ketahui itu apa dan tujuannya apa. Terlebih dahulu kita harus berilmu agar kita bisa semakin bermanfaat. Para masyarakat pekon di kecamatan Bandar Negeri Semuong, terlebih di tiga pekon yang kami kunjungi, memiliki semangat yang tinggi untuk membangun pekonnya, namun apa gunanya semangat yang tinggi jika tidak didampingi dengan pengetahuan untuk mencapainya. Hanya sebuah kesiasiaan. Lantas siapa yang bertanggung jawab? Semua pihak bertanggung jawab. Pemerintah, mahasiswa dan instansi terkait sangat berperan dalam menunjang media transfer of knowledge tersebut dan Research Camp 2012 menjadi suatu langkah awal membangun fondasi pengetahuan dan kesadaran untuk menjadikan pekon dan masyarakat setempat lebih baik.

Berbicara mengenai pengetahuan, pasti erat kaitannya dengan salah satu sarana menuntut ilmu pengetahuan di jenjang dasar yaitu sekolah. Pendidikan menjadi penentu keberhasilan pembangunan dan pengembangan pengetahuan dan sumber daya manusia. Faktor-faktor yang menentukan kualitas proses pendidikan suatu sekolah terletak pada unsur-unsur dinamis yang ada di dalam sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem, salah satu unsurnya ialah guru. Guru merupakan pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat institusional dan instruksional. Untuk itu, dalam mencapai pendidikan berkualitas harus dimulai dengan tersedianya guru yang juga berkualitas. Guru menjadi salah satu penentu dalam menciptakan generasi pnerus yang cerdas dan berkarakter. Selain itu, keberadaan guru menjadi penting dalam mendidik dan mengajarkan nilai-nilai positif kepada siswa sehingga bisa terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penelitian yang kami lakukan mengenai kepuasan kerja guru, memang guru memiliki tingkat kepuasan yang rendah terhadap berbagai fasilitas yang diterimanya, termasuk penghargaan berupa pujian atau finansial. Kepuasan kerja sangat erat kaitannya dengan job performance. Jika seseorang memiliki kepuasan kerja yang rendah, akan berdampak terhadap performa kerja dia yang juga rendah. Kepuasan kerja guru yang rendah berdampak pada bagaimana proses mengajar yang dilakukan guru tersebut dan secara tidak langsung ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diterima oleh anak dan sekolah yang bersangkutan. Memang kualitas pendidikan seharusnya tidak dimaknai dengan kenaikan nilai yang signifikan dari siswa-nya atau berapa jumlah yang lulus ujian, namun kualitas pendidikan kini sangat berorientasi pada proses. Apabila proses pendidikan berjalan dengan baik, maka bukan tidak mungkin hasilnya pun juga menunjukkan hasil yang baik, bahkan sangat baik. Selain itu penanaman nilai-nilai positif dan pendidikan berkarakter masih belum optimal dalam proses pendidikan yang ada di sekolah-sekolah tersebut. Tugas besar yang menanti adalah pembenahan fasilitas dan sarana untuk menjalankan proses pendidikan yang nyaman dan berkualitas. Selain itu, guru sebagai salah satu unsur yang penting dalam suatu proses pendidikan, harus mendapatkan perhatian yang sama besar dengan upaya peningkatan fasilitas. Apa gunanya bangunan-bangunan kokoh sekolah yang sudah dibangun apabila tidak diisi dengan guru-guru yang kompeten dan berdedikasi tinggi terhadap kemajuan pendidikan. Perhatian terhadap proses dan kemajuan pendidikan sangat penting, mengingat ini akan berdampak pada kemajuan dan kualitas generasi penerus di tiga pekon tersebut. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan di sana maka kualitas sumber daya manusianya juga akan meningkat. Bukan tidak mungkin, masyarakat menjadi semakin terbuka dan tahu bagaimana mengoptimalkan potensi daerahnya, baik yang berupa bahan tambang seperti emas atau hasil alam seperti kopi, coklat dan padi. Dengan demikian, setidaknya di masa depaan kita akan bisa merdeka dari penjajahan bangsa asing yang mengeksploitasi kekayaan alam tanah air dengan semena-mena.

Suatu keberuntungan dan kesempatan luar biasa bisa bertegur sapa dengan masyarakat tiga pekon di kecamatan Bandar Negeri Semuong. Suatu kesempatan langka dimana saya pribadi belajar untuk menghargai setiap yang saya dapatkan sekarang, sekecil apapun. Sebuah kesempatan luar biasa bagi saya untuk belajar memaknai setiap apa yang saya kerjakan. Suatu kesempatan langka bagi saya untuk kembali memacu semangat untuk terus bermanfaat. Karena suatu kesempatan untuk belajar itu adalah suatu pengabdian yang bisa saya berikan. Setelah saya menjalaninya bersama Research Camp 2012, berpartisipasi dalam suatu pengabdian masyarakat itu memang menyenangkan, oleh karena mari terus menginspirasi dalam kontribusi nyata untuk agama, bangsa dan negara.

Siapkah Kita (Indonesia) Menjadi Bangsa Pembelajar yang Berkarakter?

By: Luluk Nuriyah

Depok, 1 Mei 2012

Karakter yang baik adalah lebih patut dipuji daripada bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik adalah sebaliknya, tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunnya sedikit demi sedikit, dengan pikiran, pilihan, keberanian dan usaha yang keras (John Luther)

Dunia pendidikan nasional Indonesia kini berada dalam situasi kritis, baik dilihat dari sudut internal yaitu dalam kepentingan pembangunan bangsa, maupun secara eksternal dalam kaitan dengan kompetisi antar bangsa. Fakta menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain. Ada berbagai penyebab yang menjadi sumber krisis pendidikan nasional. Bahkan ada beberapa pihak yang menuding bahwa krisis ini sebagai kesalahan guru. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York pada 1 Maret 2011 lalu, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. Padahal di tahun sebelumnya, Indonesia berada di posisi 65[1]. Total nilai EDI itu diperoleh dari rangkuman perolehan empat kategori penilaian, yaitu angka partisipasi pendidikan dasar, angka melek huruf pada usia 15 tahun ke atas, angka partisipasi menurut kesetaraan jender, dan angka bertahan siswa hingga kelas V sekolah dasar (SD). Penurunan EDI Indonesia yang cukup tinggi tahun ini terjadi terutama pada kategori penilaian angka bertahan siswa hingga kelas V SD. Penurunan EDI Indonesia mengindikasikan bagaimana kurangnya pengembangan dan kesejahteraan untuk meningkatkan partisipasi dalam kegiatan belajar-mengajar formal. Selain itu kebijakan-kebijakan dalam berbagai aspek, terutama pendidikan dan ekonomi, yang salah kaprah menjadi salah satu penyebab kurangnya partisipasi, fasilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan.  Oleh karena itu, upaya pembenahan dan pengembangan terhadap pendidikan harus mulai digalakkan.

Sebagai salah satu negara yang demokratis, Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat, yang juga tertuang dalam Pancasila. Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia cerdas yang berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Namun apa yang terjadi dewasa ini tidak sesuai dengan yang diharapkan, dimana kriminalitas anak-anak dan remaja sangat tinggi dan  jumlah mereka yang masuk penjara lebih dari satu juta orang (Harry Hikmat, Direktur Anak Depsos, Waspada, 11 Maret 2009). Berdasarkan data PERC 2010, dalam kurun 2008-2010, peringkat korupsi Indonesia meningkat dari 7.98 (2008.), 8.32 (2009) dan naik menjadi 9.07 (2010) dibanding dengan 16 negara Asia Pasifik lainnya, dan Indonesia berhak mendapat penghargaan sebagai negara terkorup dari 16 negara surveilances dari PERC 2009[2]. Mereka yang melakukan tindak korupsi selama ini justru orang-orang yang pada umumnya sudah menyandang berbagai gelar pendidikan yang tinggi.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Polda Metro Jaya, di Jakarta setiap 9-10 menit terjadi 1 tindakan kriminal baik itu kriminal berat maupun kriminal kategori ringan yang antara lain: pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, penipuan, narkotika dan lain-lain . Hal ini berarti dalam sehari rata-rata terjadi 120-144 tindakan kriminal dan setahunnya 43.800-52.560 kasus tindakan kriminal. Data ini disinyalir lebih kecil dari fakta yang ada di masyarakat. Seperti fenomena gunung es, yang dilaporkan lebih kecil dari kejadian yang ada. Jika seandainya tindakan kriminal disetiap provinsi lainnya terjadi separuh dari jumlah di ibukota tersebut dan setiap kejadian dilakukan oleh 1 orang maka setiap tahunnya sekitar 6-7 persen penduduk Indonesia melakukan tindakan kriminal.  Khusus untuk pembunuhan rata-rata pertahun terjadi 86 kasus. Ditahun 2011, hingga periode Oktober saja, sudah terjadi 85 kasus pembunuhan. Kasus ini kemungkinan akan terus meningkat hingga akhir tahun. Data yang dilansir oleh pihak Polda Metro Jaya tersebut belum termasuk kasus korupsi yang lebih dahsyat akibatnya yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan menjamur di penjuru nusantara. Kriminolog Erlangga Masdiono mengungkapkan bahwa tingginya angka kriminal di Indonesia disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain kemiskinan, disfungsi norma dan hukum, ketidakharmonisan unsur terkait serta karakter bangsa yang sudah bergeser. Hal ini diperparah dengan sistem pendidikan yang tidak lagi mengajarkan nilai-nilai etika termasuk pendidikan agama yang hanya menekankan pada aspek kognitifnya (skor atau nilai)[3].

Berbagai masalah sosial yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan nasional belum berhasil dalam membentuk watak/karakter dan moral anak bangsa. Oleh karena itu, seharusnya dilakukan suatu upaya pengembangan dan perbaikan pendidikan nasional yang dapat membentuk, membimbing dan mendidik SDM yang tangguh dan unggul sekaligus memiliki karakter yang kuat.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembentukan karakter sendiri merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Undang-undang tersebut bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama[4]. Menurut Dr. Syarkawi, M.Pd. (2006) pendidikan budi pekerti adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur[5]. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu: pertama, karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya; kedua, kemandirian dan tanggungjawab; ketiga, kejujuran/amanah, diplomatis; keempat, hormat dan santun; kelima, dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama; keenam, percaya diri dan pekerja keras; ketujuh, kepemimpinan dan keadilan; kedelapan, baik dan rendah hati, dan; kesembilan, karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

Dalam buletin yang diuraikan oleh Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik[6].

Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerjasama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi[7].

Pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak dini, agar anak bisa terbiasa dan menunjukkan karakter yang baik sebagai suatu kebiasaan. Pembenahan dan penambahan pendidikan berkaitan dengan pendidikan karater sebaiknya mulai diterapkan di jenjang awal sekolah. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidik yaitu guru, namun juga orangtua. Orangtua juga seharusnya memberikan stimulus yang dapat merangsang anak untuk menunjukkan repons yang baik dan menunjukkan perilaku berkarakter yang positif. Sehingga kerjasama yang baik antara seluruh pihak akan menjadikan pendidikan karakter sebagai suatu kesiapan kita menuju pembangunan dan  globalisasi nasional. Lantas apakah Kita (Indonesia) siap menjadi bangsa pembelajar yang berkarakter? Jawabannya, mari bekerja keras dan sama-sama  untuk membuktikan nya, melalui tindakan sehari-hari dan kontribusi yang positif terhadap lingkungan sekitar dalam rangka pengembangan pendidikan karakter.

 

Referensi:

[1] Napitupulu, E.L. 2011. Indeks Pendidikan Indonesia Menurun. Kompas.com [online newspaper]. http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun.  [18 September 2011]

[2] Kristanti, E.Y., & Rahardjo, Y. (2009). Indonesia dan Thailand Paling Korup di Asia . [VIVAnews].http://korupsi.vivanews.com/news/read/47811indonesia_dan_thailand_paling_korup_di_asia (1 Desember 2011)

[3] Randan, P.B. (2011). Indonesia dalam Bingkai Kriminalitas. [Harian Analisa]. http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/15/21724/indonesia_dalam_bingkai_kriminalitas/ (1 Desember 2011)

[4] Suyanto. (2009).Urgensi Pendidikan Karakter. [Direktorat Jenderal  Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional]. http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html (1 Desember 2011)

[5] Syarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta : bumi Aksara

[6] Berkowitz, M. (2005). Understanding Effective Character Education. [Capacity Building Series], hal 1-2 .

[7] Suyanto. (2009).Urgensi Pendidikan Karakter. [Direktorat Jenderal  Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional]. http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/web/pages/urgensi.html (1 Desember 2011)

Program Pembelajaran Flohope Indonesia di Lapas Paledang Bogor

Depok, 5 Mei 2016

Mendapatkan pendidikan yang layak sebagai warga negara adalah hal yang sangat utama dalam menjalani kehidupan terutama dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi ini. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang diinginkan, meskipun secara realitas banyak kelompok masyarakat yang belum mampu mendapatkan hak pendidikan tersebut. Hal tersebut biasanya terjadi karena munculnya “keterbatasan”. Makna keterbatasan ini sendiri mengacu baik pada keterbatasan pengetahuan atau bahkan fasilitas untuk mengakses hak pendidikan tersebut. Keterbatasan mengakses hak pendidikan yang layak ini masih banyak terjadi dan terwujud dengan banyaknya angka putus sekolah di Indonesia.

Berdasarkan data yang dirilis UNICEF tahun 2015 lalu sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bahkan angka putus sekolah pelajar SMA di Indonesia menempati posisi nomor dua di Dunia setelah China yang menempati urutan pertama. Hal ini merupakan suatu kondisi ironis di mana masih banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan lanjutan dengan berbagai alasan termasuk karena faktor kemiskinan dan kurangnya fasilitas untuk memperoleh pendidikan yang layak tersebut.

Mendapatkan hak pendidikan yang layak dimiliki oleh semua orang, tak terkecuali bagi para penghuni lapas atau narapidana. Narapidana ini adalah orang yang mendapatkan hukuman karena kasus tertentu yang dilakukan dengan jangka waktu hukuman sesuai dengan kasus tersebut. Narapidana ini pun bervariasi dalam konteks jenjang usia, ada yang masih sekolah atau bahkan yang sudah paruh baya atau dewasa akhir.

Bagi para narapidana ini, menghabiskan sisa waktunya di Lapas tentu tidak mudah. Lapas sebagai lembaga yang menaungi pembinaan bagi narapidana tersebut bertanggung jawab untuk membuat berbagai program yang sesuai kebutuhan untuk memberikan pembinaan bagi mereka, terlebih beberapa dari para narapidana tersebut ada yang masih bangku sekolah dan tentu saja mereka masih memiliki masa depan yang panjang dengan harapan mereka dapat melanjutkan dan menjalani kehidupan yang lebih baik setelah keluar dari Lapas.

Seperti yang kita ketahui, Lembaga Pemasyarakatan (disingkat Lapas) merupakan tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan di Indonesia. Lapas diharapkan mampu mendidik narapidana menjadi manusia yang baik budi pekertinya dan mengubah narapidana menjadi manusia pembangunan, yaitu manusia yang dapat bermanfaat ketika kembali di tengah masyarakat. Namun faktanya, belum semua Lapas memiliki program-program yang dikhususkan untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan yang layak. Sehingga adanya program pembelajaran di Lapas diharapkan mampu menjembatani kebutuhan pemenuhan pendidikan di Lapas.

Program pembelajaran di Lapas ini diinisiasi oleh PKBM Nurul Jannah melalui Pak Taufik yang sampai saat ini masih menjadi penanggung jawab pelaksanaan pembelajaran di Lapas Paledang Bogor serta Flohope Indonesia yang merupakan komunitas sosial pemberdayaan Ibu-Ibu penyapu jalan di Universitas Indonesia. Awalnya, kegiatan pembelajaran ini diawali dari salah satu siswa PKBM Nurul Jannah yang terjerat kasus narkoba. Pak Taufik sebagai salah satu pengajar di PKBM tergerak untuk bisa memenuhi hak pendidikan siswa tersebut meskipun dengan status narapidana apalagi pada saat itu sudah menjelang Ujian Nasional.

Ternyata, kegiatan pembelajaran ini mendapatkan perhatian juga dari Pengurus Lapas Paledang dan akhirnya dijadwalkan secara rutin tiap minggunya di hari Sabtu untuk kegiatan belajar dan mengajar bagi semua narapidana yang ingin ikut serta dan tidak dibebankan biaya apapun. Kegiatan pertama kali dilakukan pada 21 Maret 2015 di aula Lapas Paledang Bogor. Kegiatan ini juga melibatkan kami, Flohope Indonesia untuk ikut terlibat di mana pada saat itu kami juga berpartisipasi untuk membantu PKBM Nurul Jannah dalam pelaksanaan program pembelajaran di Desa Susukan, Bogor.

pkbm

Flohope Indonesia merupakan komunitas social yang beranggotakan mahasiswa dan alumni Universitas Indonesia untuk melakukan pemberdayaan ibu-ibu penyapu jalan UI yang dahulu diinisiasi oleh Singgih Setiadi, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia angkatan 2008 beserta mahasiswa berprestasi lainnya dalam kegiatan UI Leadership Development Program di tahun 2012 lalu. Kegiatan utama Flohope Indonesia sendiri adalah bisnis social (socentra) dan social development (sosdev). Untuk kegiatan bisnis social dilakukan dengan pemberdayaan ibu-ibu penyapu jalan Universitas Indonesia dengan membuat bunga flannel dan kami Flohope Indonesia membantu untuk melakukan marketing atau penjualan produk tersebut kepada masyarakat di beberapa event seperti, hari Ibu atau untuk acara pernikahan. Sedangkan untuk social development difokuskan pada kegiatan pemberdayaan masyarakat terutama di daerah yang dekat dengan domilisi Ibu-Ibu penyapu jalan UI yaitu di Kabupaten Bogor. Hingga setelah dilakukannya assessment pada 2013 lalu, kami akhirnya menentukan daerah pemberdayaan di Desa Susukan, Kabupaten Bogor bekerjasama dengan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Nurul Jannah yang memang sudah memiliki program pemberdayaan dan pembelajaran di Desa Susukan Bogor.

Untuk pendanaan kegiatan termasuk kegiatan social development, didapatkan dari dana hibah (dari Sedekah Brutal, dll) dan dari pemasukan penjualan bunga flannel dari kegiatan bisnis social. Sampai saat ini Flohope Indonesia telah bekerja sama dengan komunitas lainnya seperti PPKM Indonesia, Sedekah Brutal, etc untuk membuat program-program yang bermanfaat baik untuk ibu-ibu penyapu jalan atau warga binaan sekitar Desa Susukan, Bogor.

mui

Selanjutnya, sebelum membahas lebih lanjut mengenai program yang dijalankan Flohope Indonesia dan PKBM Nurul Jannah di Lapas Paledang Bogor, tidak ada salahnya untuk mengetahui terlebih dahulu geografis lokasi Lapas Paledang Bogor yang menjadi target lokasi program yang kami lakukan. Lapas tersebut terletak tidak jauh dari Stasiun Bogor di mana untuk ke lokasi tersebut bisa dilakukan dengan melewati pintu selatan. Pada saat menatap ke arah barat daya, tampak bangunan berlantai dua berwarna biru muda dengan pelisir abu-abu. Bangunan tersebut adalah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas II Bogor, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Lapas Paledang Bogor. Lapas ini terletak di Jalan Paledang No. 2 Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas bangunan mencapai 2.717 m² di atas lahan sekitar 8.185 m² ini dan didirikan pada tahun 1906 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Akan tetapi, bagian tampak depannya telah mengalami perubahan melalui renovasi. Hanya bagian tengahnya yang masih memperlihatkan bangunan peninggalan kolonial. Awalnya, gedung ini bernama penjara hingga tahun 1964. Lalu, pada tahun 1983 Lapas Paledang ditetapkan sebagai Lapas yang berfungsi ganda, yaitu sebagai Lapas yang membina narapidana, juga sebagai Rumah Tahanan Negara (Rutan).

Terkait program pembelajaran yang dilakukan di Lapas Paledang Bogor, kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan dari jam satu sampai jam lima sore pada hari Sabtu di mana satu ruangan yang berukuran kurang lebih 3 meter x 3 meter dibagi menjadi tiga kelompok yaitu paket A (yang setara SD), paket B (yang setara SMP), dan paket C (yang setara SMA) dengan rata-rata dalam satu kali pertemuan terdapat sekitar 20-30 orang narapidana yang ikut belajar dengan range usia yang bervariasi dari yang berusia remaja sampai yang sudah 40 tahun.

Dalam kegiatan pembelajaran ini, pengajarnya adalah mahasiswa dan alumni Universitas Indonesia yang memberikan pembelajaran non formal kepada para narapidana. Sementara Pak Taufik, berperan dalam mempersiapkan bahan-bahan atau materi yang dibutuhkan untuk kegiatan pengajaran termasuk menjadi penghubung dengan Dinas Pendidikan Bogor dan Jawa Barat yang menaungi kegiatan Ujian Nasional nanti bagi mereka.

Pada awalnya, kegiatan belajar mengajar yang pertama kali kami lakukan di Lapas merupakan momen yang tidak akan pernah dilupakan. Hal ini terutama karena banyak persepsi negative yang sebelumnya kami miliki terhadap Lapas itu sendiri dan para narapidana. Bagaimana tidak, narapidana yang akan kami ajar pada saat itu adalah mereka yang pernah melakukan berbagai tindakan jahat seperti membunuh, mencuri, menggunakan atau mengedarkan narkoba, merampok, memperkosa, dan lain sebagainya. Banyak hal yang dipikirkan oleh kami sebelum mengajar di Lapas tentang bagaimana kami harus bersikap dan berkomunikasi dengan mereka tanpa memandang latar belakang kasus yang sudah mereka alami. Sebelum mengajar banyak ketakutan-ketakutan yang kami rasakan terutama karena ada stigma negative yang sudah kami miliki terhadap mereka yang merupakan narapidana.

Namun ketakutan itu pun sirna ketika kami bertemu dengan mereka. Hal-hal negative yang awalnya kami pikirkan tentang mereka sepertinya memudar karena apa yang kami temui tidak seperti yang kami pikirkan. Mereka layaknya seperti kita, manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan karena keterbatasan yang mungkin mereka alami. Meskipun seyogyanya keterbatasan apapun yang kita miliki seharusnya tidak men-drive kita untuk melakukan kejahatan. Namun ketika hal tersebut sudah terjadi, kita juga berhak dan wajib untuk memperbaikinya, tidak mengulangi dan berniat untuk menjadi orang yang lebih baik. Dan pertemuan pertama kami dengan mereka pada waktu itu memberi pelajaran bermakna tentang hal tersebut. Kami mengajar mereka layaknya kami mengajar seperti biasa, seperti guru dan murid, bahkan mereka juga layaknya teman bagi kami yang berbagi pengalaman dan keluh kesah yang mungkin mereka rasakan selama di Lapas.

Picture3

Hingga saat ini kegiatan ini sudah berlangsung selama lebih dari satu tahun dengan pertemuan rutin setiap hari sabtu. Dalam pelaksanaannya sendiri, masih banyak yang harus diperbaiki dalam menjalan program pembelajaran ini termasuk kurangnya fasilitas pendidikan seperti buku-buku untuk bahan bacaaan sebagai tambahan referensi belajar mereka serta masih kurangnya volunteer yang membantu mengajar di Lapas. Meskipun demikian, keterbatasan yang dihadapi oleh kami, Flohope Indonesia dan Pak Taufik mewakili PKBM Nurul Jannah tidak mematahkan semangat kami untuk menyediakan kegiatan pembelajaran di Lapas Paledang hingga saat ini. Sampai akhirnya di April 2016 lalu kami telah melakukan Ujian Nasional pertama untuk paket C dan menyusul untuk paket A dan B di bulai Mei ini.

Pada akhirnya, kegiatan pembelajaran ini diharapkan mampu memberi jawaban atas penyelesaian masalah untuk pemenuhan dan pemerataan hak pendidikan untuk narapidana khususnya anak-anak penghuni lapas. Besar harapannya kegiatan ini bisa membantu peran lapas terutama Lapas Paledang Bogor sebagai lembaga pembinaan dan pendidikan sehingga para narapidana bisa membawa bekal untuk menjadi masyarakat yang lebih baik melalui program pembelajaran non-formal yang diberikan dengan kerjasama PKBM Nurul Jannah dan Flohope Indonesia ini.

Kondisi Makro Ekonomi 2015

Populasi Penduduk

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2015 mencapai 254,9 juta jiwa di mana dari total jumlah tersebut, penduduk laki-laki mencapai 128,1 juta jiwa sementara perempuan sebanyak 126,8 juta jiwa. Selain itu, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah tersebut meningkat dari 2014 yang berjumlah 252 juta jiwa. Selain itu, BPS juga menunjukkan rasio jenis kelamin penduduk Indonesia pada 2014 dan 2015 relatif sama, yaitu sebesar 101,02 dan 101. Untuk rasio jenis kelamin di 2015 sebesar 101 menunjukkan bahwa dari 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki.[1]

Adapun, komposisi penduduk kota atau desa menunjukkan penduduk Indonesia pada 2015 lebih banyak di pedesaan, yakni 128,5 juta jiwa. Sementara di perkotaan besar hanya sebanyak 126,3 juta jiwa. Meskipun jumlah penduduk di pedesaan lebih besar, pertambahan penduduk dari 2014 ke 2015 di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan perdesaan. Tercatat, pertambahan penduduk di perkotaan mencapai 1,75% sementara di perdesaan 0,52%.[2]

Salah satu kekuatan penting dalam komposisi demografi Indonesia yang memiliki hubungan dengan perekenomian adalah penduduk usia muda yang ada di Indonesia. Berdasarkan data yang disajikan BPS berdasarkan Susesnas 2014, struktur penduduk Indonesia berdasarkan usia yang paling banyak adalah usia 10 – 44 tahun sebanyak 57,56%. Sementara usia 45 – 59 sebanyak 15,54%, disusul dengan usia 5 – 9 tahun sebanyak 9.74%, 0-4 tahun sebanyak 9.12% dan terakhir di atas 60 tahun sebanyak 8.03%.[3]

Sementara itu berdasarkan proyeksi yang dilakukan BPS, pada tahun 2015, jumlah penduduk usia 0-14 tahun adalah sebanyak 27.3% yang menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 28.6%. Sementara untuk kelompok usia 15 – 64 tahun di tahun 2015 sebanyak 67,3% yang meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar 66.5%. Sedangkan untuk usia di atas 65 tahun, BPS memproyeksikan sebesar 5.4% yang meningkat dibandingkan tahun 2010 yaitu 5.0% di mana untuk usia di atas 60 diproyeksikan sebesar 8.49% atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 7.56%.[4]

Kondisi Ekonomi Indonesia

Berdasarkan Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan Program Pembangunan (UNDP), Indonesia telah mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Jika dihitung sejak tahun 1980 hingga 2014 menunjukkan bawah IPM Indonesia telah mengalami peningkatan sebesar 44,3 persen. Sementara itu ada empat indikator yang digunakan untuk mengukur IPM Indonesia tahun 2014, yakni angka harapan hidup sebesar 68,9, harapan tahun bersekolah 13,0, rata-rata waktu sekolah yang sudah dijalani oleh orang berusia 25 tahun ke atas sebesar 7,6 dan pendapatan nasional bruto per kapita 9,788[5].

Meskipun sejak 1980 Indeks Pembangunan Indonesia tercatat meningkat, melesunya kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2015 berpengaruh signifikan terhadap melambatnya pertumbuhan Indeks pembangunan Indonesia. Kondisi ini juga diperparah oleh pasar keuangan global yang cenderung kurang stabil dan menyebabkan pertumbuhan PDB yang juga melambat. Selain itu pengaruh negatif dari kondisi ekonomi dan lingkungan yang berasal dari kebakaran dan asap akibat perilaku manusia menyebabkan kerugian sebesar 221 triliun rupiah (1,9 persen dari PDB) dalam waktu lima bulan.

Kondisi ini menyebabkan Pemerintah Indonesia melakukan beberapa kebijakan yang fokus pada peningkatan laju investasi, revitalisasi industri dalam negeri dan peningkatan perdagangan. Salah satu indikasi akan hal tersebut adalah kenaikan belanja modal pemerintah yang signifikan, sebesar kira-kira 49,8 persen tahun-ke-tahun (year on year) secara riil pada kuartal ketiga, membalikkan tren negatif yang tercatat pada tahun 2014 dan awal tahun 2015. Selain itu, APBN 2016 juga memperlihatkan perbaikan lebih lanjut dalam komposisi belanja negara, dengan  pengalihan sumber daya dari subsidi energi ke infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial bersasaran. Sinyal kedua adalah agenda reformasi yang diprakarsai pada bulan September melalui pengumuman tujuh paket kebijakan untuk pengaturan dan  reformasi struktural dan stimulus fiskal[6].

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 sebesar 4,79 persen dan melambat dibandingkan sebelumnya yaitu 5.02% dan bahkan merupakan yang terendah selama 6 tahun. Pertumubuhan ekonomi ini diukur  berdasarkan  Produk  Domestik  Bruto  (PDB)  atas  dasar harga berlaku mencapai Rp11.540,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 45,2 juta atau USD 3,377.1. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,06  persen.  Dari  sisi  pengeluaran  pertumbuhan  tertinggi  dicapai  oleh  Komponen  Pengeluaran Konsumsi Pemerintah  sebesar 5,38 persen.

Kondisi ekonomi  Indonesia  triwulan  IV-2015  bila  dibandingkan  triwulan  IV-2014  (y-on-y)  tumbuh  sebesar  5,04 persen tertinggi dibanding  triwulan-triwulan  sebelumnya  tahun  2015,  yaitu  masing-masing  sebesar  4,73 persen (triwulan I); 4,66 persen (triwulan II) dan 4,74 persen (triwulan III). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi  dicapai  oleh  Lapangan  Usaha  Jasa  Keuangan dan  Asuransi  sebesar  12,52  persen.  Dari  sisi pengeluaran  pertumbuhan  tertinggi  dicapai  oleh  Komponen  Pengeluaran  Konsumsi  LNPRT  sebesar  8,32 persen.

Ekonomi Indonesia triwulan IV-2015 dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q) mengalami kontraksi 1,83 persen.  Dari  sisi  produksi,  hal  ini  disebabkan  oleh  efek  musiman  pada  Lapangan  Usaha  Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksi 23,34 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto[7].

Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 bisa meningkat hingga 5,9% meskipun pada kuartal I-2016 tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia justru menurun dan hanya mampu mencapai 4,92% atau di bawah target 5,1%. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal 1 2016 hanya tumbuh 4,92%. Meskipun dibanding kuartal IV 2015 masih menunjukkan tren peningkatan, namun dibanding kuartal sama tahun sebelumnya justru pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun. Jika dilihat tren pertumbuhan ekonomi pada Kuartal-I, sektor kontruksi merupakan salah satu sector yang berkontribusi secara signifikan dengan angka pertumbuhan yaitu 7,9%[8].

Infrastruktur

Asosiasi Aspal Beton Indonesia menyatakan pembangunan infrastruktur pada tahun 2016 berjalan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Hal ini terutama disebabkan oleh beberapa faktor yang akan mendorong pelaksanaan infrastruktur berjalan lebih baik pada tahun ini. Salah satunya adalah belanja pemerintah akan lebih lancar mengingat tidak ada lagi perubahan nomenklatur seperti tahun lalu. Selain itu beberapa proyek pemerintah seperti jalan nasional, jalan tol  dan bendungan masih berlanjut konstruksinya pada tahun ini, sehingga turut mendongkrak penggunaan material konstruksi.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyampaikan penyerapan belanja infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016 secara optimal hingga mencapai 100 persen diprediksikan akan menyumbang 1,7 persen kepada realisasi pertumbuhan ekonomi 2016.

Oleh karena itu, percepatan realisasi belanja infrastruktur pemerintah yang dianggarkan sekitar Rp313 triliun menjadi kunci utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3 persen. Di sepanjang Januari 2016, Kementerian PUPR juga sudah melakukan lelang paket proyek mendekati target yang dicanangkan semula, seperti kesepakatan lelang untuk 644 paket proyek infrastruktur senilai Rp8,8 triliun pada 6 Januari 2016. Selain itu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang menangani infrastruktur sektor energi, juga merencanakan kontrak proyek senilai hampir Rp7 triliun pada Februari 2016[9].

Kebutuhan Pembangunan Indonesia

Menurut saya, kebutuhan pembangunan Indonesia tercerminan dari kesenjangan pembangunan manusia yang seharusnya dipersempit. Hal ini mengandung pengertian adanya pemerataan akses untuk mendapatkan kebutuhan baik di daerah maupun di kota. Di sisi lain, adanya revolusi digital baik berupa system informasi atau teknologi seharusnya memberikan dampak yang baik bagi masyarakat Indonesia, terutama di dunia pendidikan serta memudahkan untuk mengakses kebutuhan yang diperlukan bagi masyarakat dengan efisien.

Kunci dari pembangunan yang terjadi di Indonesia adalah peningkatan indeks pembangunan manusia, maka Pemerintah seyogyanya terus berupaya meningkatkan angka harapan hidup dan meningkatkan pertumbuhan secara ekonomi. Dengan ini besar harapan indeks pembangunan manusia Indonesia juga akan meningkat.

Referensi

[1] Badan Pusat Statistik (2015). Statistik Kesejahteraan Rakyat 2015. Katalog BPS : 4101002

[2] Badan Pusat Statistik (2015). Statistik Kesejahteraan Rakyat 2015. Katalog BPS : 4101002

[3] Badan Pusat Statistik (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Katalog BPS : 4104001

[4] Badan Pusat Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan UNFPA. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 – 2035. Katalog BPS : 2101018

[5] Wardah, F. (2016). UNDP: Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Alami Kemajuan. [VOA Indonesia]. Diambil dari http://www.voaindonesia.com/content/undp-indeks-pembangunan-manusia-indonesia-alami-kemajuan/3110936.html pada 16 Mei 2016 pukul 00.31.

[6] The World Bank. (2015). Ringkasan eksekutif: Reformasi di tengah ketidakpastian. Laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia. Diunduh dari http://www.worldbank.org/in/news/feature/2015/12/15/indonesia-economic-quarterly-december-2015 pada 16 May 2016 pukul 00.59.

[7] Badan Pusat Statistik (BPS). (2015). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di tahun 2015. Berita Resmi Statistik No. 16/02/Th.XIX, 05 Februari 2016

[8] Fajriah,L.R. (2016). Menko Darmin Pede Pertumbuhan Ekonomi RI Melesat 5,9%. [SINDOnews]. Diunduh dari http://ekbis.sindonews.com/read/1107453/33/menko-darmin-pede-pertumbuhan-ekonomi-ri-melesat-5-9-1462880378 pada 16 May 2016 pada pukul 01.29

[9] SAW. (2016). Belanja Infrastruktur Sumbang 1,7% di APBN 2016. [Metronews]. Diunduh dari http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2016/02/03/479058/belanja-infrastruktur-sumbang-1-7-di-apbn-2016 pada 16 May 2016

Belajar Bijaksana

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana. (Tere Liye)